Ini adalah kisah seorang ibu, pencari rumput dan petani. Ia merasa sangat senang karena anaknya bisa lulus SD dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke SMP. Selain mendapat beasiswa berupa uang, ternyata anak laki-laki satu-satunya ini, mendapat seekor kambing.
Bahagia tentu saja, karena kambing merupakan harta benda yang sangat besar nilainya bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Singkat cerita, setelah lulus SMP si anak melanjutkan ke SMA, juga dengan beasiswa, karena memang dia pandai.
Selepas SMA anak ini pergi ke kota dan bekerja di sebuah pabrik tekstil. Setiap pulang kampung ia membawa satu lembar kain yang menurut versi orang kampung sudah sangat halus sekali.
Oleh ibunya, kain itu tidak dipergunakan sendiri, tetapi dijahit dengan tangan menjadi sarung bantal dan guling, yang kemudian ditunjukkan kepada para tetangga. Ternyata, para tetangga tertarik membeli, bahkan kemudian ada yang memesannya.
Lama-kelamaan, sang anak pun mendukung apa yang dilakukan ibunya. Ia membelikan ibunya sebuah mesin jahit dari hasil tabungannya. Tidak hanya itu, ia lalu menetap di kampung menjadi tukang jahit ternama. Ibu ini tentu saja berbahagia dapat berkumpul kembali bersama anaknya.
Kasih dan perhatian seorang ibu memang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun. Seorang ibu pasti akan berusaha agar anak-anaknya berhasil dan sukses.
Saling menyayangi dan menghormati di dalam keluarga, antara orangtua dan anak, anak kepada orangtua haruslah menjadi yang utama dalam kehidupan.
Anak-anak adalah anugerah dari Tuhan, tetapi tidak berarti mereka adalah “barang sewaan” yang apabila kita sudah capai, lalu kita kembalikan pengasuhannya kepada Sang Empunya.
Demikian pula dengan anak, sudah seberhasil seperti apa pun tetap harus hormat dan mengasihi orangtua, karena tanpa orangtua anak pun tidak ada.
Anak akan tetap menjadi anak, dan orangtua akan tetap menjadi orangtua sampai kapan pun. Marilah kita lebih menyayangi orangtua. —Elisa Christanto
Teladan semangat dan kasih sayang di dalam keluarga, akan menumbuhkan seorang anak yang dewasa dan berpikiran jernih serta berbahagia.
Bahagia tentu saja, karena kambing merupakan harta benda yang sangat besar nilainya bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Singkat cerita, setelah lulus SMP si anak melanjutkan ke SMA, juga dengan beasiswa, karena memang dia pandai.
Selepas SMA anak ini pergi ke kota dan bekerja di sebuah pabrik tekstil. Setiap pulang kampung ia membawa satu lembar kain yang menurut versi orang kampung sudah sangat halus sekali.
Oleh ibunya, kain itu tidak dipergunakan sendiri, tetapi dijahit dengan tangan menjadi sarung bantal dan guling, yang kemudian ditunjukkan kepada para tetangga. Ternyata, para tetangga tertarik membeli, bahkan kemudian ada yang memesannya.
Lama-kelamaan, sang anak pun mendukung apa yang dilakukan ibunya. Ia membelikan ibunya sebuah mesin jahit dari hasil tabungannya. Tidak hanya itu, ia lalu menetap di kampung menjadi tukang jahit ternama. Ibu ini tentu saja berbahagia dapat berkumpul kembali bersama anaknya.
Kasih dan perhatian seorang ibu memang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun. Seorang ibu pasti akan berusaha agar anak-anaknya berhasil dan sukses.
Saling menyayangi dan menghormati di dalam keluarga, antara orangtua dan anak, anak kepada orangtua haruslah menjadi yang utama dalam kehidupan.
Anak-anak adalah anugerah dari Tuhan, tetapi tidak berarti mereka adalah “barang sewaan” yang apabila kita sudah capai, lalu kita kembalikan pengasuhannya kepada Sang Empunya.
Demikian pula dengan anak, sudah seberhasil seperti apa pun tetap harus hormat dan mengasihi orangtua, karena tanpa orangtua anak pun tidak ada.
Anak akan tetap menjadi anak, dan orangtua akan tetap menjadi orangtua sampai kapan pun. Marilah kita lebih menyayangi orangtua. —Elisa Christanto
Teladan semangat dan kasih sayang di dalam keluarga, akan menumbuhkan seorang anak yang dewasa dan berpikiran jernih serta berbahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar