Pernahkan kita mempunyai seorang sahabat, yang kepadanya kita selalu berbagi. Tidak hanya kebahagiaan, namun juga rasa sedih yang menggenang dalam hati. Sahabat mungkin adalah segalanya buat kalian. Dan begitu juga buat saya. Hidup ditengah-tengah dunia yang sudah gila ini, membuat kita akan sering tersandung masalah. Berbagai bentuk ketidaknyaman akan kita rasakan. Yang semuanya membuat kita mencari seseorang sebagai tempat berkeluh kesah.
Lalu kita memilih seseorang untuk dijadikan sahabat, berharap ia kan menjadi pendengar yang setia, yang siap memberikan jalan keluar untuk masalah yang kita hadapi. Setidaknya senyum tulus yang diberikannya bisa juga menjadi sumber kekuatan yang luar biasa.
Pernahkah kita mendapatkan kekecewaan malah dari sahabat yang kita percaya?
Tentu saja pernah, karena kita semua pasti pernah dibohongi sahabat sendiri. Dikhianati dengan cara yang kejam bahkan. Kita mungkin telah menganggapnya saudara, karena begitu percaya terhadapnya kita tak lagi sungkan untuk bercerita sesuatu yang seharusnya tak pantas untuk kita katakan kepadanya.
Saat mendengar kita bicara mungkin ia akan menunjukkan simpati yang besar, seolah-olah ia peduli pada kita. Sepertinya ia juga sangat terluka dengan derita kita.
Tapi kita tak tahu apa yang setelah itu dilakukannya?
Ia pergi membawa cerita kita. Dan mencari lagi orang lain untuk mengulang cerita itu, tentu saja dengan versi yang berbeda, dengan emosi yang dibuat-buatnya.
Atau bahkan bersorak dengan apa yang telah menimpa anda. Rasa kasihan yang tadi diperlihatkannya kepada kita hanya sebuah exspresi bohong belaka. Karena sebenarnya, ia malah tertawa dengan semua yang terjadi pada kita.
Tapi apakah semua perlakuan yang menyakitkan itu harus dibalas?
Pengingkaran terhadap arti sahabat yang telah anda sematkan untuknya akan kita tarik kembali?
Tidak perlu, Bagi saya terserah saja jika dia mau berbuat apa, saya tak akan membalasnya. Karena suatu saat ia juga akan merasakan akibat perbuatannya.
Dan tunjukkan padanya bahwa kita berjiwa besar dan tidak akan memberi ruang untuknya membiarkan diri kita menjadi bulan-bulanannya.
Kita tak akan terpengaruh dengan semua penghianatannya. Karena cukuplah kita menilai saja, bahwa ia bukan orang yang tepat untuk menjadi sahabat sejati kita. Masih ada orang lain yang dengan ikhlas mau berteman dengan kita.
Tunjukkan padanya bahwa diri kita tanpa dirinya tak akan kesepian. Tak ada gunanya menciptakan permusuhan yang pada akhirnya orang lain pun menjauhi kita.
Peringatkan saja diri kita sendiri, bahwa mulai sekarang tidak semua orang bisa kita percaya, meskipun dari balik kepolosan wajah dan keluguannya, karena secara tiba-tiba bisa saja kita tertipu olehnya.
Berhati-hatilah dengan orang sekeliling kita. Bicara saja apa yang kita rasa perlu untuk kita bicarakan. Karena ternyata tak semuanya seorang sahabat harus tahu apa yang terjadi pada diri kita.
Semoga bermanfaat
"
Lalu kita memilih seseorang untuk dijadikan sahabat, berharap ia kan menjadi pendengar yang setia, yang siap memberikan jalan keluar untuk masalah yang kita hadapi. Setidaknya senyum tulus yang diberikannya bisa juga menjadi sumber kekuatan yang luar biasa.
Pernahkah kita mendapatkan kekecewaan malah dari sahabat yang kita percaya?
Tentu saja pernah, karena kita semua pasti pernah dibohongi sahabat sendiri. Dikhianati dengan cara yang kejam bahkan. Kita mungkin telah menganggapnya saudara, karena begitu percaya terhadapnya kita tak lagi sungkan untuk bercerita sesuatu yang seharusnya tak pantas untuk kita katakan kepadanya.
Saat mendengar kita bicara mungkin ia akan menunjukkan simpati yang besar, seolah-olah ia peduli pada kita. Sepertinya ia juga sangat terluka dengan derita kita.
Tapi kita tak tahu apa yang setelah itu dilakukannya?
Ia pergi membawa cerita kita. Dan mencari lagi orang lain untuk mengulang cerita itu, tentu saja dengan versi yang berbeda, dengan emosi yang dibuat-buatnya.
Atau bahkan bersorak dengan apa yang telah menimpa anda. Rasa kasihan yang tadi diperlihatkannya kepada kita hanya sebuah exspresi bohong belaka. Karena sebenarnya, ia malah tertawa dengan semua yang terjadi pada kita.
Tapi apakah semua perlakuan yang menyakitkan itu harus dibalas?
Pengingkaran terhadap arti sahabat yang telah anda sematkan untuknya akan kita tarik kembali?
Tidak perlu, Bagi saya terserah saja jika dia mau berbuat apa, saya tak akan membalasnya. Karena suatu saat ia juga akan merasakan akibat perbuatannya.
Dan tunjukkan padanya bahwa kita berjiwa besar dan tidak akan memberi ruang untuknya membiarkan diri kita menjadi bulan-bulanannya.
Kita tak akan terpengaruh dengan semua penghianatannya. Karena cukuplah kita menilai saja, bahwa ia bukan orang yang tepat untuk menjadi sahabat sejati kita. Masih ada orang lain yang dengan ikhlas mau berteman dengan kita.
Tunjukkan padanya bahwa diri kita tanpa dirinya tak akan kesepian. Tak ada gunanya menciptakan permusuhan yang pada akhirnya orang lain pun menjauhi kita.
Peringatkan saja diri kita sendiri, bahwa mulai sekarang tidak semua orang bisa kita percaya, meskipun dari balik kepolosan wajah dan keluguannya, karena secara tiba-tiba bisa saja kita tertipu olehnya.
Berhati-hatilah dengan orang sekeliling kita. Bicara saja apa yang kita rasa perlu untuk kita bicarakan. Karena ternyata tak semuanya seorang sahabat harus tahu apa yang terjadi pada diri kita.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar