Senin, 10 September 2012

Kewalahan Mengurusi Rumah-Tangga ??

Diceritakan bahwa Fathimah r.a. datang ke rumah Rasulullah saw. untuk mengadukan perihal tangannya yang sakit karena menggiling tepung. Ia hendak meminta seorang pelayan untuk membantunya, namun dia tidak mendapatkan beliau berada di rumah. Maka ia pun menceritakan hal itu kepada ‘Aisyah r.a. Ketika Rasulullah saw. datang, ‘Aisyah menyampaikan hal itu kepada beliau.

Ali r.a. (suami Fathimah) yang menceritakan hadits ini bertutur: “Rasulullah mendatangi kami, sedangkan kami sudah naik ke atas ranjang untuk tidur. Mendengar kedatangan beliau, kami pun bangkit. Namun beliau berkata, ‘Tetaplah di tempat kalian.’ Beliau lalu menghampiri kami dan duduk di antara kami hingga aku merasakan kesejukan kedua kaki beliau menyentuh perutku. Lalu beliau bersabda:

‘Maukah kalian aku tunjuki sesuatu yang lebih baik daripada pelayan? [Yaitu] jika kalian berdua kembali ke tempat tidur, kalian membaca tasbih (subhânallâh, “Mahasuci Allah”) 33 kali, membaca tahmid (alhamdu lillâh, “segala puji bagi Allah”) 33 kali, dan membaca takbir (allâhu akbar, “Allah Mahabesar”) 33 kali’.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad)

Mengikuti petunjuk beliau, mereka berdua pun mengerjakannya pada setiap malam. Akhirnya, mereka tak lagi membutuhkan pelayan.

Mengapa mereka tak lagi kewalahan mengurusi rumah tangga setelah bertasbih, bertahmid, dan bertakbir (masing-masing 33 kali) pada setiap malam? Kita dapat memahaminya begini:

Bertasbih dan bertahmid itu pertanda syukur. Dengan bersyukur, bertambahlah kenikmatan yang dianugerahkan oleh Allah.Sementara itu, takbir merupakan pengagungan terhadap Tuhan. Sikap ini selaras dengan dzikir “sungguh Allah Mahatinggi, Mahaagung” dalam rangka “supaya suami bertanggung jawab”

By Von Edison Alouisci




Tidak ada komentar:

Posting Komentar